Skip to main content
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Penulis :

Sherly Meidya Ova, M.Psi., Psikolog.

Agusta Dyra Qodisha

Permasalahan narkoba sudah meluas ke semua lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang, supir angkot, anak jalanan, pekerja, dan lain sebagainya. Korban penyalahgunaan zat adiktif itu baik pada tahap pengguna yang awalnya mencoba ataupun sudah menjadi pecandu, perlu tindakan agar terlepas dari jerat narkoba, sehingga mampu mengimplementasikan perilaku baik dan kembalinya kehidupan serta pandangan yang positif untuk lingkungan sekitar (Rizkia & Sokhivah, 2024).

Proses pemulihan pecandu narkoba membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Permasalahan relapse merupakan tantangan besar dalam proses menuju kepulihan, di mana seorang pecandu narkoba rentan untuk mengalami relapse (Samosir, 2020). Relapse (kambuh) merupakan perilaku penggunaan kembali narkoba setelah menjalani rehabilitasi yang ditandai dengan adanya pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah periode putus zat (Maulida & Khairulyadi, 2019).

Salah satu faktor yang dapat memicu seseorang kembali menggunakan narkoba (relapse) adalah faktor lingkungan atau pergaulan (Salsabilla et al., 2022). Pada umumnya, seorang pecandu narkoba akan mudah terpengaruh oleh ajakan orang lain untuk kembali menggunakan narkoba, misalnya ditawari oleh teman sepergaulan yang masih aktif menggunakan narkoba. Berbagai bujukan dan rayuan akan diberikan oleh teman-temannya. Mereka biasanya sengaja menceritakan efek penggunaan narkoba tersebut untuk mendorong rasa penasaran dan keinginan menggunakan narkoba lagi. Oleh karena itu, untuk mempertahakan proses pemulihan, kita perlu menerapkan komunikasi asertif untuk berani menolak ajakan untuk kembali menggunakan narkoba.

Komunikasi asertif merupakan usaha untuk memperjuangkan hak diri sendiri dengan tidak mengganggu hak orang lain (Yunalia & Haryuni, 2020). Komunikasi asertif adalah gaya komunikasi yang menunjukkan ketegasan dan keberanian untuk menyampaikan pikiran, perasaan, atau kebutuhan tanpa merendahkan atau mengintimidasi orang lain. Secara sederhana, kita berani untuk mengatakan ‘tidak’ dan menolak sesuatu yang bertentangan dengan diri kita, tanpa perlu merendahkan lawan bicara. Dengan komunikasi asertif kita mampu bersikap lebih tegas, percaya diri, dan mempertahankan pendirian dengan tetap menghargai orang lain. Ingat untuk tidak perlu merasa bersalah karena sudah melakukan penolakan tersebut.

Untuk belajar mengembangkan komunikasi asertif, cobalah hal-hal sebagai berikut.

  1. Berani menyampaikan pendapat, perasaan, maupun pikiran, baik dalam kata-kata maupun tindakan.
  2. Berkomunikasi secara langsung dan jujur.
  3. Menyatakan perasaan yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan dengan cara yang tepat.
  4. Kenali dan hargai batasan pribadi.
  5. Berusaha untuk tetap tenang.

Saat menghadapi situasi diberikan tawaran untuk menggunakan narkoba lagi, terdapat beberapa pilihan langkah yang bisa dilakukan.

  1. Jika merasa sulit untuk menolak tawaran atau tekanan untuk menggunakan narkoba, sebaiknya Anda menjauh dari situasi atau kelompok orang tersebut. Mulailah untuk bergaul dengan orang yang memiliki minat yang sama, hobi yang sama, atau hal-hal yang mengantarkan Anda untuk mengembangkan potensi diri.
  2. Berikan alasan untuk menolak tawaran menggunakan narkoba. Alasan-alasan tersebut bisa membantu Anda untuk keluar dari situasi dan tekanan yang tidak mengenakkan. Misalnya:
    • “Tidak, terima kasih. Saya harus pergi untuk menemui istri/suami/anak saya.”
    • “Tidak, saya sudah berhenti menggunakannya karena badan saya mulai merasakan sakit.”
    • “Saya dihubungi adik saya untuk segera pulang, jadi saya harus segera pergi ya.”
    • Dan alasan lainnya.
  1. Terapkan komunikasi asertif dengan memberikan jawaban dan memberikan alasan dengan bahasa yang jelas, sopan, dan bahasa tubuh yang tenang.
  2. Jika penolakan Anda tidak dihiraukan dan tetap diberi tawaran berkali-kali, Anda bisa menggunakan metode ‘broken record’ dengan mengatakan ‘tidak’ secara berulang-ulang dalam menjawab setiap penawaran yang diberikan.

REFERENSI

MATT, M. (2022, November 2). How to be Assertive When Recovering From Addiction. MD M.A.T.T. Baltimore. https://suboxoneclinicbaltimore.com/news/how-to-be-assertive-when-recovering-from-addiction/

Maulida, D., & Khairulyadi. (2019). Relapse pada pecandu pascarehab. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, 4.

Prance, K. (2024, February 10). Learning assertive communication. Rehab Recovery. https://www.rehab-recovery.co.uk/articles/learning-assertive-communication/

Rizkia, K., & Sokhivah. (2024). Tahapan Perubahan Perilaku Pecandu Narkoba Di Yayasan Sakinah Harakah Bhakti, Tangerang Selatan. Jurnal Hukum, Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 1.

Salsabilla, N. S., Widjanarko, B., & Laksono, B. (2022). PENGALAMAN MANTAN PECANDU NARKOBA, MOTIVASI DAN RELAPSE PASCA REHABILITASI. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa, 9(2). https://doi.org/doi.org/3268/jkmk

Samosir, F. J. (2020). Pelatihan Relapse Prevention pada Pecandu Narkoba dalam Program Paska Rehabilitasi. JURNAL MITRA PRIMA (JMP) UNIVERISTAS PRIMA INDONESIA MEDAN, 1. https://www.unodc.org/unodc/en/frontpage/2019/June/

Tips for being assertive. (n.d.). Cracks in the Ice. https://cracksintheice.org.au/tools-for-students/being-assertive-tips-for-dealing-with-situations-where-you-may-be-pressured-to-use-drugs

Yunalia, E. M., & Haryuni, S. (2020). Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi Asertif Dengan Kejadian Perilaku Agresif Pada Remaja. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan8(2), 159.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel